Takallam bi Lughah al-Arabiyyah!
Marhaban
bikum Ashdiqo! Gimana kabarnya nih temen-temen? Semoga dalam keadaan sehat ya,
apalagi di bulan Ramadhan ini, semoga lancar melaksanakan ibadah puasanya. Oh ya
teman-teman, tau gak kalau menjelang bulan Ramadhan itu banyak orang-orang yang
berkunjung ke Arab Saudi tepatnya ke kota Mekkah. Ya, karena kebanyakan dari
mereka ingin memanfaatkan waktu di bulan yang penuh keberkahan ini di tanah
suci. Wah, menarik, ya. Siapa nih yang mau berkunjung ke Arab juga? Kalau mau,
tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Ya, salah satunya adalah
harus bisa bicara dengan bahasa Arab.
Namun
sayangnya kebanyakan orang malas belajar bahasa Arab karena menganggap bahasa
Arab itu susah. Memang belajar bahasa Arab itu bisa dikatakan tidak gampang,
tapi kalau kita serius mempelajarinya dan belajar dengan metode yang cocok
dengan pribadi masing-masing, insya allah sedikit-sedikit juga akan bisa.
Gimana tuh metode yang cocok? Yuk, kita bahas.
Untuk
orang yang ingin memahami Al-Qur’an melalui pembelajaran bahasa Arab, hal yang
harus diperhatikan yaitu bahwa ia harus belajar banyak disiplin ilmu. Selain
harus mempunyai banyak kosa kata, ia juga harus mendalami qawa’id/grammar/tata
bahasa seperti morfologi, sintaksis dan semantik. Sehingga, dalam
pembelajarannya pun ditekankan pada aspek-aspek tersebut. karena itulah, ketika
kita perhatikan pembelajaran bahasa Arab di pesantren-pesantren, yang pertama
diajarkan itu mengenai kaidah tata bahasa, mungin salah satunya karena tujuan
yang ingin dicapainya agar bisa memahami Al-Qur’an dan kitab-kitab klasik. Cara
yang dilakukan yaitu dengan memahami bentuk kata, struktur kalimat, ketepatan
penggunaan kata, dan hal-hal yang berkaitan dengan kaidah tata bahasa. Dalam
bahasa Arab, cara ini dikenal dengan istilah Ta’allumu Lughah (mempelajari
bahasa).
Itulah
sekilas mengenai pembelajaran bahasa Arab untuk memahami Al-Qur’an, kitab-kitab
klasik, menjadi penerjemah, dan tujuan-tujuan lain yang membutuhkan pengetahuan
mendalam. Pada pembahasan kali ini kita akan fokus pada pembelajaran bahasa
untuk keperluan komunikasi.
Bagi
orang yang belajar bahasa untuk keperluan komunikasi sehari-hari, belajar
kaidah tata bahasa itu tidak terlalu ditekankan. Bukan berarti tidak penting,
tetapi tidak disarankan diajarkan kepada pembelajar tingkat mubtadi (pemula).
Karena yang terpenting disini adalah seseorang bisa berbicara dan orang lain
paham pada apa yang ia bicarakan walaupun secara kaidah kebahasaannya kurang
tepat. Dengan kata lain, belajar tata bahasa hanya diperuntukan untuk
pembelajar tingkat menengah dan tingkat lanjut. Jadi yang diajarkan dalam
pembelajaran ini adalah pola kalimat, bukan rumus kalimat. Seseorang ditekankan
untuk banyak berbicara bahasa Arab sesuai pola yang diberikan, sehingga ia menjadi
terbiasa dan dari kebiasaan tersebut ia mendapat banyak kosa kata baru. Dalam
bahasa Arab ini dinamakan Iktisabu Lughah (memperoleh bahasa secara otomatis).
Pembelajaran seperti inilah yang banyak digunakan di tempat-tempat kursus.
Karena tujuan yang ingin dicapai yaitu keterampilannya, salah satunya
keterampilan berbicara (Maharah al-Kalam)
Selain
itu, belajar qawa’id atau tata bahasa juga dianggap terlalu kaku ketika
dipelajari oleh pemula. Mereka akan paham mengenai tata bahasa tetapi sulit
dalam praktik berbicara karena minimnya latihan berbicara. Kosa kata yang
diperoleh pun akan terbatas karena untuk bisa berkomunikasi menggunakan bahasa
Arab, kita memerlukan banyak kosa kata modern yang mana kosa kata terebut jarang
ditemukan dalam buku-buku ajar atau kitab-kitab klasik yang memfokuskan pada qawa’id.
Sebagaimana dalam
teori belajar bahasa yang cukup populer yaitu teori behavioristik yang
dipelopori oleh B.F Skinner, atau dalam bahasa Arab dikenal dengan
Al-Nazhariyahh Al-Sulukiyyah. Dalam teori tersebut dikatakan bahwa yang
terpenting dari proses belajar yaitu adanya stimulus dan respon. Pembelajaran
bahasa dilakukan dengan banyaknya mendengarkan sebagai bentuk stimulus kepada
pembelajar, lalu adanya respon dari pembelajar yang berupa pengulangan kalimat
yang sudah didengar. Skinner menyatakan bahwa belajar bahasa merupakan sebuah
perilaku. Diantara bentuk perilaku tersebut yaitu, pemberian banyak latihan
oleh pengajar, penggunaan bahasa yang diajarkan secara aktif, penciptaan
lingkungan berbahasa yang mendukung kegiatan belajar, dan penggunaan media
belajar yang memungkinkan pembelajar banyak mendengar dan berinteraksi dengan
bahasa Arab.
Nah, itulah
sedikit penjelasan mengenai pembelajaran bahasa Arab. Jadi untuk teman-teman
yang ingin mahir dalam berbicara, perbanyaklah kosa kata dan mulailah bicara dengan bahasa Arab tanpa harus
mengkhawatirkan kesalahan dalam tarkib dan sebagainya, selagi kosa kata yang
digunakannya benar dan orang paham pada kalimat yang kita ucapkan. Setelah
teman-teman merasa cukup dan sudah masuk ke tingkat menengah, barulah mulai
belajar kaidah tata bahasa secara bertahap agar lebih memaksimalkan dalam semua
keterampilan berbahasa Arab. Jadi, tunggu apalagi, yuk mulai sekarang Takallam
bi lughah al-Arabiyyah!
Salam Bahasa!
Referensi:
HS Midi, Pembelajaran Bahasa Arab dan Dinamika Wacana Bahasa, Journal of Arabic Language and Education, 2020, https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/Aphorisme
Author & Editor:
SulisYutrisna (Departemen Kominfo)
0 Comments