Lembaga Pembinaan Bahasa - Salah satu sosok pahlawan perempuan Indonesia yang banyak menginspirasi kaum perempuan hingga saat ini. Beliau adalah Raden Ajeng Kartini, sosok perempuan inspiratif emansipasi pada masa kolonial terlebih perhatiannya pada dunia Pendidikan yang sudah tidak diragukan lagi akan kepeduliannya.
Beliau lahir
dari keluarga priyayi atau keluarga bangsawan Jawa. Lahir dari Raden Mas
Adipati Ario Sosroningrat, Bupati Jepara. Dengan berbagai privilege yang
terlahir dari keluarga bangsawan, Kartini memiliki kesempatan untuk bersekolah
di Europese Lagere School (ELS). Europese Lagere School merupakan sekolah dasar
pada masa Hindia-Belanda dengan bahasa pengantar yang digunakan dan menjadi bahasa
wajib dalam proses pembelajaran menggunakan bahasa Belanda. ELS ini
diperuntukan bagi golongan Eropa, Timur Asing, dan pribumi dari kalangan terkemuka
atau dari kalangan bangsawan.
Dengan
adanya kesempatan Kartini untuk sekolah di sana, dari sanalah Kartiki bisa
berbahasa Belanda. Tidak hanya sebagai kebutuhan untuk sekolah saja ia
berbahasa Belanda, akan tetapi menggunakannya untuk menulis surat kepada korespondensi
yang berasal dari negara Kincir Angin tersebut.
Salah satu
korespondennya adalah Rosa Abendanon. Dari surat menyurat dengan Abendanon,
Kartini sering membaca buku-buku dan koran Eropa. Dari surat menyurat itu,
timbul keinginannya memajukan perempuan pribumi. Gagagsan tersebut hingga saat
ini menjadi ciri khas dari sosok pahlawan perempuan yang amat inspiratif
khususnya bagi kaum perempuan.
Selain itu,
Kartini memiliki keinginan yang kuat untuk melanjutkan pendidikannya di
Belanda. Dan pada sat itu juga Kartini mendapatkan pelung beasiswa yang
diberikan oleh acques Henrij Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan, Agama,
dan Industri Hindia Belanda. JH Abendanon sempat menjanjikan beasiswa bagi
Kartini dan saudara-saudaranya untuk belajar ke Belanda. Akan tetapi ia
berpikir untuk tidak mengambilnya karena beliau merasa yang lebih pantas adalah
Agus Salim, sosok pemuda asal Riau yang cerdas. Akan tetapi harapannya tersebut
tidak dikabulkan oleh pihak Belanda.
Dari sosok Raden
Ajeng Kartini kita bisa belajar bahwa bahasa itu sangat berpengaruh terhadap
hal apapun. Kartini bisa memiliki gagasan-gagasan tentang perempuan dan pendidikan
dimulai dengan komunikasi lewat suart menyurat dengan orang luar yaitu Belanda
dengan menggunakan bahasa Belanda bahkan ia sempat memiliki peluang beasiswa
untuk pendidikan di sana. Mungkin kita rasakan juga pada hari ini, dalam hal
beasiswa kemmapuan bahasa asing menjadi nilai tambah yang cukup berpengaruh
terlebih untuk beasiswa luar negeri, kemudian kita dapat mengemukakan gagasan
pada ranah dunia dan salah satunya dengan bahasa asing itu sendiri. Maka dari
itu tidak ada salahnya bahasa asing menjadi hal yang harus kita kuasai di zaman
ini tanpa melupakan bahasa nasional dan daerah kita masing-masing.
Tulisan ini
dibuat secara spesial untuk memperingati Hari Kartini 21 April 2022. Untukmu
pahlawan yang kuat memperjuangkan hak-hak perempuan dan memajukan pendidikan
Indonesia.
Happy Kartini’s
Day
Fijne
Kartini-dag
Salam
Bahasa!
Author:
Pijri Paijar
Editor:
Pijri Paijar