Pemimpin: Hamba yang Baik - Article of TOLD 2022 #2

Lembaga Pembinaan Bahasa - Dalam menjalankan aktivitasnya, manusia berbagi, berinteraksi, berkomunikasi dengan lingkungannya. Dalam menjalankan perannya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan pemimpin untuk menata, mengatur, serta menjalin hubungan baik antaranggotanya. Akan sulit jika sekumpulan individu tidak memiliki pemimpin, siapa yang menjadi acuannya.

Ilustrasi
Sejatinya setiap manusia merupakan pemimpin bagi dirinya sendiri. Tidak peduli siapa kita, lahir dari keluarga mana, apa strata pendidikannya, dari gender apapun, apapun perbedaannya, esensinya setiap individunya merupakan pemimpin. Setiap orang tidak diberi kewajiban untuk menjadi pemimpin dunia, namun wajib menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri. John C. Maxwell menyebutkan bahwa, "A leader is one who knows the way, goes the way, and shows the way". Ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki visi dan kemampuan untuk merealisasikannya dengan baik bersama anggota-anggotanya. Selain itu, pemimpin haruslah dapat membedakan mana yang baik dan benar, mana yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, mana yang penting dan yang lebih penting.

Kepemimpinan yang didasarkan pada kemampuan untuk berpikir jernih dan kebiasaan produktif yang kuat secara moral akan menyebabkan seorang pemimpin  bertindak dengan "integritas" dan memberi contoh bagi orang lain untuk mengikuti dan mengubah proses kognitif mereka. Akibatnya, seorang pemimpin harus mampu menerapkan makna integritas dan benar-benar merasa bahwa hanya individu yang kuat yang dapat hidup dan memiliki keinginan untuk menghalangi kemajuan orang lain. Ia juga harus memahami bahwa seorang penjilat atau orang yang bermuka dua tidak akan mampu mengikuti perubahan.

Biasanya pemimpin berkaitan dengan kekuasaan, namun perlu diingat kembali bahwa ada yang lebih berhak untuk berkuasa yakni Allah Sang Mahapencipta. Allah memberi kekuasaan kepada siapa saja yang dikehendakiNya, namun itu berarti Ia dapat mencabut kekuasaan dari siapa saja yang dikehendakiNya.  Kekuasaan bukanlah segalanya. Namun seorang pemimpin juga harus memiliki tanggung jawab untuk memimpin kelompoknya untuk mencapai tujuan, terus belajar, dan mewujudkan visi bersama.

Modal Awal Pemimpin

Dalam Q.S. an-Nisa ayat 58 - 59 menjelaskan mengenai harus melekat pada seorang muslim khususnya untuk  seorang pemimpin yakni sifat amanah dan sifat adil (equality before the law). Sedangkan ahli Qur'an dan hadist juga berpendapat terdapat beberapa sifat dalam diri Rasulullah saw. Yang patut diteladani oleh seorang pemimpin, yakni shidiq (jujur), fathanah (cerdas dan berpengetahuan), amanah (dapat dipercaya), dan tabligh (berkomunikasi dan komunikatif dengan bawahannya dan semua orang).

Bekal awal seorang pemimpin ialah mulai berbenah dengan dirinya sendiri, baik itu dalam segi akhlak, budi pekerti, intelektual, dan kemampuan lain untuk menunjang kepemimpinannya. Kepercayaan diripun mesti dibangun agar ia dapat memimpin kelompoknya dengan baik. Ia juga harus bisa membuat ide, pikiran, dan gagasan yang kreatif, inovatif, dan solutif.

Selain itu, seorang pemimpin harus mau belajar, mengamati, dan menjadi pendengar yang baik karena akhirnya ialah yang akan menentukan perencanaan dan keputusan. Ia juga memerlukan motivasi yang  tinggi agar dapat memengaruhi anggota-anggotanya. Pemimpin bukan berleha-leha, namun harus bekerja keras. Bukan bertindak seenaknya, namun melayani dengan ikhlas.

Keterampilan berkomunikasi juga sangat diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin. Bagaimana tidak, tentu setiap harinya seorang pemimpin akan berinteraksi dengan banyak orang, baik itu dari lingkungan internal maupun eksternal. Jika keterampilan komunikasinya kurang, maka hal ini akan menghambat berjalannya hubungan suatu kelompok/organisasi, karena komunikasi merupakan salah satu hal yang penting.

Dalam menjalankan kepemimpinannya juga seorang pemimpin harus menerima jika ada kritik, saran, sanggahan, dan usulan dari anggotanya atau orang lain, namun harus tetap kritis dalam menerimanya. Ia harus melihat apakah masukkan tersebut sesuai dengan tujuan dan visi kelompoknya, atau hanya demi kebaikkan salah satu individu.

Yang tak kalah penting dari modal awal sebagai pemimpin ialah rasa empati. Terkadang ada pemimpin yang memiliki sifat diktator, tidak ingin mengerti apa yang menjadi permasalahan serta kendala anggotanya.  Sebagai pemimpin juga harus memberikan solusi terbaik atas masalah yang ada.

 

Pada intinya, seorang pemimpin harus mau terus menerus memperbaiki dan mengevaluasi dirinya sendiri. Tidak ada kata berhenti untuk menjadi versi diri sendiri yang lebih baik lagi.

Belajar Menjadi Pemimpin dari Ranger Merah

Siapa sangka serial Power Rangers yang menceritakan tentang lima orang anak muda yang memiliki kekuatan untuk menghadang monster dan alien jahat yang mau menghancurkan bumi ini mengajarkan kita mengenai kepemimpinan. Dalam serial tersebut memperlihatkan bagaimana kegigihan para rangers dalam melawan musuhnya.

Ketika berbicara mengenai Power Rangers, tentu semua akan teringat dengan warna-warna rangers yang ikonik, yaitu merah, biru, hijau, hitam, putih, kuning, dan merah muda. Salah satu yang paling menarik perhatian yakni ranger merah, karena banyak digemari dan dianggap si paling jagoan. Maka dari itu, ia disebut sebagai pemimpin dari rangers.

Jiwa kepemimpinan dalam ranger merah ini sangat mencolok, di mana ia selalu menjadi garda terdepan untuk menghadang dan melawan monster, dan ketika ada konflik di antara para rangers ia akan selalu menjadi penengah dan sama-sama menyelesaikan masalah tersebut. Tidak salah lagi, hal ini sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin.

Ranger merah juga merupakan yang terkuat dalam kelompoknya memiliki senjata atau zord yang terkuat. Meski terkadang sering disudutkan oleh monster-monster, namun rangers lain akan membantunya dan menghadang monster-monster itu bersama-sama. Apa yang dilakukan para rangers tersebut sudah sangat benar, karena sejatinya dalam suatu kelompok haruslah membantu satu sama lain.

Dalam serial yang ditayangkan, ranger merah selalu jadi incaran monster. Ketika ia kalah, tentunya rangers lain akan kehilangan rasa percaya diri dan putus asa. Namun, ranger merah selalu berusaha untuk bangkit kembali dan mengalahkan monster-monster tersebut. Kerja kerasnya ini yang patut dicontoh.

Ia juga menjadi bagian yang paling vital dalam kelompoknya serta rasa solidaritas yang kuat. Walaupun ranger merah terkuat dalam kelompoknya dan tentu bisa mengalahkan monster-monster itu sendirian, namun ia lebih memilih menghadang monster tersebut dengan rangers yang lain.

Dilansir dari greenscene.com, di Jepang warna merah ini melambangkan warna heroik yang sering diartikan dengan kekuatan, kehormatan, kepemimpinan, dsb. Secara umum, warna merah juga dipandang sebagai warna yang melambangkan keberanian. Jadi tidak salah lagi jika ranger merah adalah ranger yang paling menonjol dan berperan sebagai pemimpin dalam kelompoknya.

Tantangan dan Rintangan Seorang Pemimpin

Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menjadi pemimpin. Ketika menjadi pemimpin bagi diri sendiri, banyak pengaruh yang datang dan terkadang sulit untuk menguasai dan mengatur ego diri kita sendiri.

Memimpin diri sendiri tidak lebih mudah dibandingkan memimpin orang lain. Hal ini sering disebabkan karena terkadang kita tidak berkomitmen dan membuat aturan-aturan yang tidak jelas. Dalam posisi ini, hanya kita yang akan tahu apa pelanggaran yang kita lakukan. Akibatnya, komitmen diri yang kita kembangkan lambat laun akan memudar dan kabur, menyebabkan kita secara tidak sengaja tenggelam dalam diri kita sendiri.

Seorang pemimpin harus siap secara mental dan fisik untuk menjadi pemimpin yang diharapkan orang. Selain kecerdasan intelektual pemimpin juga harus memiliki moral yang baik, karena setiap tindakan dan perilaku akan menjadi contoh dan teladan. Seorang pemimpin harus memiliki kelebihan atas orang lain atau memiliki nilai-nilai positif.

Pengambilan risiko dan keberanian dalam waktu tertentu selalu dibutuhkan untuk kepemimpinan. Untuk membawa perubahan selalu ada risiko, dan risiko tersebut dapat berdampak pada kelompok dan organisasi yang terlibat serta pemimpin yang memprakarsai dan memimpin perubahan. Dalam perubahan tersebut, seorang pemimpin haruslah dapat beradaptasi dengan baik agar dapat bertahan.

Terlebih lagi di masa kritis yang dapat menimbulkan rasa pesimis, peran pemimpin diperlukan untuk tetap mempertahankan bahkan membangun moral, melakukan inovasi dan transformasi, serta tetap memerhatikan informasi yang ada untuk keberlangsungan kelompoknya.

Pemimpin harus bisa mendapatkan pengetahuan baru tidak hanya dari sudut pandangnya sendiri tetapi juga sudut pandang orang lain. Hal lain yang lebih penting ialah selalu bersabar, karena hasil dari proses yang telah dijalankan tidak akan terasa hasilnya secara instan, namun dampaknya akan terasa seiring waktu berjalan.

Siapkah Kita Menjadi Seorang Pemimpin?

Kembali lagi, sejatinya semua orang adalah pemimpin dan terlahir sebagai seorang pemimpin, yang akan diminta pertanggungjawabannya atas apa yang telah dikerjakan. Sebelum memimpin dalam ruang lingkup yang luas, individu tersebut harus memimpin dari ruang lingkup yang kecil terlebih dahulu, mulai dari dirinya, keluarga, kelompok, wilayah, atau bahkan negara.

Masalah-masalah yang muncul merupakan penyebab adanya pemimpin. Ia dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan yang nantinya akan berdampak besar bagi kelompoknya. Ia harus berpikir panjang untuk menentukan keputusan seperti apakah yang akan diambil dengan mempertimbangkan masukan yang ada.Seorang pemimpin harus mempunyai rencana dalam kepalanya dan harus dapat berpikir secara konsepsional dan memiliki ide-ide untuk keberlangsungan kelompoknya. 

Sebagai pemimpin juga harus menjadi agent of change agar dapat memberikan perubahan-perubahan yang baik, baik itu kepada diri sendiri, kelompok, dan masyarakat atau anggota-anggota yang lain. Tak heran bila dikatakan seorang pemimpin memiliki beban kerja yang besar. Selain itu, masing-masing memiliki amanat yang harus dipenuhi sebaik mungkin.

Sebagai pemimpin, kita dapat belajar dari pencapaian dan kegagalan pemimpin sebelumnya jika kita terus berupaya meningkatkan pengetahuan, berani mengambil risiko, dan mampu melakukannya. Akibatnya, seorang pemimpin yang pergi atas dasar kebijaksanaan dan ketakwaan daripada nafsu dan keserakahan.

Yang tidak kalah pentingnya adalah hubungan pemimpin dengan Tuhan, khususnya pengabdiannya kepada Allah SWT. Semua ini dilakukan untuk mencari pertolongan dan keridhaan Allah SWT. Dengan selalu mengutamakan hubungannya dengan Allah, seorang pemimpin akan mendapatkan petunjuk untuk menjauhi perbuatan yang buruk dengan senantiasa memuji-Nya, terutama dengan memelihara shalat lima waktu, misalnya. Selain itu, ia akan mampu mengendalikan diri dari melakukan perbuatan keji ini karena shalat yang baik dan benar yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dapat melindungi orang dari melakukan perilaku keji dan munkar.

Seperti apa yang dikatakan Robert Greenleaf, pemimpin yang baik harus terlebih dahulu menjadi hamba yang baik. Sesibuk dan seberat apapun tugas kita menjadi seorang pemimpin, tidaklah boleh kita melupakan kewajiban kita menjadi seorang hamba untuk bertakwa kepada Sang Pencipta. Karena pemimpin yang baik, tentu memiliki hubungan yang baik pula dengan Tuhannya.

Author: Elma Okta Dwina
Editor: -

You Might Also Like

0 Comments