Istilah-istilah Populer di Bulan Ramadhan (Part 1)
Tidak terasa, sekarang kita sudah mulai memasuki pertengahan bulan Ramadhan. Berbicara tentang Ramadhan, tahukah kamu, bahwa banyak sekali istilah populer yang berkaitan dengan bulan ramadhan tapi sebenarnya istilah tersebut berasal dari bahasa Arab? Yuk, simak pembahasan di bawah ini ya!
1. Ramadhan Mubarak
Istilah yang pertama yaitu ramadhan mubarak. Kalau kita coba bedah istilah tersebut terdiri dari dua kata yaitu ramadhan dan mubarak. Ramadhan di sini maksudnya bulan ramadhan, adapun kata mubarak di sini berasal dari bahasa arab yang artinya penuh berkah. Asal katanya baraka-yabruku—mubaarak ( يُبَارِكُ بَارَكَ ) yang berarti memberkahi. Sehingga kalau diartikan secara utuh ramadhan mubarak memiliki makna ‘bulan ramadhan yang diberkati’.
2. Shaum
Istilah yang kedua adalah shaum. Kalau ini sih jelas, berasal dari kata Shaama – yashuumu (صَامَ– يَصُوْمُ) yang berarti berpuasa. Jadi, kalau ada teman kamu bilang “aku sedang shaum” berarti aku sedang berpuasa.
3. Iftar
Begitupun dengan istilah yang ketiga ini. Jelas sekali bahwa iftar merupakan kata yang berasal dari bahasa arab. Asal katanya dari fatara-yafturu (فَطَرَ- يفْطر) yang berarti memotong. Tetapi yang lazim dipahami secara kontekstual bahwa iftar itu berbuka puasa. Kenapa begitu?
Ketika kita berpuasa itu kita melakukan suatu ibadah menahan diri dari hal-hal yang biasanya dihalalkan seperti makan dan minum. Nah, ketika waktu berbuka puasa tiba maka kita memotong segala hal yang disaat berpuasa itu dilarang untuk dilakukan. Kita memotong aktifitas menahan lapar, menahan minum, dan seterusnya. Itulah mengapa iftar kerap diartikan berbuka puasa.
4. Takjil
Istilah keempat ini sangat akrab di telinga kita. Takjil berasal dari kata bahasa arab, ‘ajjala – yu’ajjilu (عَجَّلَ- يُعَجِّلُ) yang memiliki arti mempercepat.
Kata takjil sering dipakai untuk makanan berbuka atau menu berbuka. Seperti tebar takjil (tebar makanan berbuka puasa), dan lain sebagainya. Padahal arti asli dari kata tersebut adalah menyegerakan. Tetapi dalam satu hadis disebutkan bahwa kita dianjurkan untuk menyegerakan berbuka ketika waktunya tiba.
Jadi jika kita pahami secara mendalam, begitulah sebabnya kenapa takjil kerap diartikan dengan makanan berbuka.
5. Imsak
Istilah berikutnya adalah imsak. Berasal dari kata bahasa arab amsaka-yumsiku (أمْسَكَ- يُمْسِكُ) yang berarti menahan.
Dari arti ‘menahan’ itulah istilah imsak populer karena kerap diartikan sebagai batas waktu untuk berhenti makan dan minum. Biasanya batas waktu ini sebelum masuknya waktu subuh. Walaupun sebenarnya kurang tepat untuk memberi batas waktu dimulainya puasa sebelum subuh. Sebab yang tepat, waktu dimulainya puasa itu sejak masuk waktu subuh.
6. Tadarus
Istilah tadarus berasal dari kata darasa – yadrusu (دَرَسَ- يَدْرُسُ) yang berarti mempelajari, meneliti, atau menelaah. Dan kata tadaarus adalah bentuk lain dari kata darasa. Tadaarus memiliki arti saling mempelajari, meneliti, atau menelaah.
Kita seing kali mendengar istilah tadarusan yang kerap diartikan dengan kegiatan membaca al-quran. Padahal arti asli dalam kata bahasa arabnya bermakna saling mempelajari, meneliti, atau menelaah. Sehingga dapat kita lihat di sini istilah tadaarus dalam bahasa Indonesia mengalami penyempitan makna. Pada awalnya bermakna saling mempelajari, meneliti, atau menelaah menjadi membaca saja.
7. Nuzulul Qur’an
Nuzulul Quran ini berasal dari dua kata nuzul dan al-qur’an. Nuzul berasal dari kata nazala-yanzulu (نَزَلَ - ينزل) berarti turun. Sehingga dapat dipahami secara bahasa bahwa nuzulul qur’an merupakan berarti turunnya al-qur’an.
Istilah ini sendiri populer di tengah bulan ramadhan karena dalam bulan ini diyakini sebagai bulan diturunkannya Al-Qur’an. Sehingga sering kali kita dengar istilah malam nuzulul qur’an. Karena di malam itu diperingati sebagai hari turunnya al-qur’an.
Nah, itu dia istilah-istilah yang populer di bulan Ramadhan. Masih ada banyak sekali istilah populer di bulan Ramadhan yang tentunya hasil serapan dari bahasa Arab. Kira-kira kamu bisa tebak lagi? Nantikan konten kita selanjutnya, ya!
Author: Ammar Taufiq
0 Comments